Rabu, 15 Agustus 2007

Perdagangan Saham BEJ Kembali Tertekan Krisis Subprime Mortgage

15/08/2007 11:42:56 WIB
JAKARTA, investorindonesia.com
Harga saham-saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Rabu, kembali mengalami koreksi karena berlanjutnya tekanan bursa Wall Street dan regional akibat meluasnya dampak krisis subprime mortgage di dunia.

"Dampak krisis subprime telah merambah hingga ke Australia, ditambah di AS sendiri sekitar 16 bank, sehingga tekanan terhadap pasar saham terus berlanjut," kata Analis Riset PT Reliance Sekuritas Muhammad Karim, di Jakarta, seperti dilansir Antara.

Kondisi ini telah membuat 182 dari 396 efek yang tercatat di BEJ mengalami penurunan di awal perdagangan, sementara yang naik hanya lima saham, sembilan tidak bergerak harganya dan 197 saham tidak diperdagangkan.

Banyaknya saham yang mengalami koreksi ini telah membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 89,112 poin atau 4,11% menjadi 2.079,526 pada satu jam pertama perdagangan. Sedangkan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan juga mengalami koreksi 19,311 poin atau 4,28% ke posisi 432,133.

Menurut dia, situasi bursa global masih menjadi acuan pelaku saham dalam melakukan transaksi saham, sehingga indeks mengalami koreksi searah dengan bursa AS dan regional.

Anjloknya bursa Wall Street dengan Indeks Dow Jones Industrial Average yang kehilangan 207,61 poin atau turun 1,57% menjadi 13.028,92 tadi malam diikuti oleh sebagian besar bursa regional.

Kondisi bursa AS ini telah membuat Bursa Efek Tokyo (TSE) dengan indeks Nikkei-225 juga mengalami kemerosotan 267,22 poin menjadi 16.577,39 pada istirahat makan siang dan Bursa Hongkong dengan indeks Hang Seng terkoreksi 500,15 poin menjadi 21.507,16 di awal perdagangan.

Kondisi inilah yang menjadi penekan indeks di awal perdagangan Rabu ini telah membuat hampir semua saham yang ditransaksikan mengalami penurunan.

Penurunan indeks dipimpin anjloknya saham-saham unggulan, seperti Telkom (TLKM) jatuh Rp 350 menjadi Rp 10.500, Perusahaan Gas Negara (PGAS) tertekan Rp 300 ke posisi Rp 9.950, Bank BNI (BBNI) terus melorot Rp 75 ke level Rp 1.810, Antam (ANTM) merosot Rp 175 ke harga Rp 2.250, Astra Internasional (ASII) terjun Rp 650 ke Rp 16.350, dan Bank Mandiri (BMRI) turun Rp 125 menjadi Rp 3.025. (*)

WTO: Ketidakpastian Pasar Berarti Pelemahan Pertumbuhan Ekonomi Global

15/08/2007 11:30:19 WIB
JENEWA, investorindonesia.com
Organisasi Dagang Dunia (WTO) memperingatkan bahwa dunia menghadapi sebuah pelambatan ekonomi pada 2008 karena kekacauan di pasar properti yang dipicu oleh krisis subprime mortgages AS.

Masalah skala besar dari kegagalan di AS, itu telah mengirimkan pasar global meluncur, menciptakan instabilitas pasar yang sudah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global, kata WTO dalam laporan tahunannya yang dirilis Selasa.

"Risiko dalam keuangan pasar properti dan ketidakseimbangan perdagangan yang besar dalam barang dan jasa berarti meningkatkan ketidakpastian pada 2007 dan menaikkan prospek dari pelemahan ekonomi dan ekspansi perdagangan dalam tahun-tahun mendatang," kata pernyataan tersebut.

Perkiraan pertumbuhan 3% pada 2007 berisiko memperlabat pertumbuhan perdagangan barang dagangan.

Ketua WTO Pascal Lamy mengingatkan 151 negara anggotanta untuk "mengirimkan lebih banyak pesan dari kepercayaan yang diperlukan kepada pemerintah, agen ekonomi dan publik" dan menyimpulkan pembicaraan perdagangan putaran Doha untuk liberalisasi perdagangan antara negara-negara maju dan berkembang. (ant/DPA)