Rabu, 11 Juli 2007

UPAYA SKJM MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI
UNTUK
MENDUKUNG PRIVATISASI JASA MARGA


PENDAHULUAN
Mencermati Pidato Ketua Umum DPP SKJM Ir Setiyono pada ULTAH SKJM Ke-8 di Hotel Bidakara Jakarta yang menegaskan bahwa dalam waktu dekat ini Perusahaan akan melakukan penjualan sebagian sahamnya kepada PUBLIK yang pada akhirnya mejadikan Jasa Marga menjadi Perusahaan yang terbuka dimana dituntut kinerja karyawan yang lebih professional dan mengharuskan Organisasi SKJM membangun Good Corporate Culture (GCC) secara konsisten disamping penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Perusahaan.
Lebih jauh Ketua DPP SKJM menekankan bahwa Acara Ulang Tahun ini mempunyai makna sebagai sarana bagi kita semua untuk melakukan telaah secara kritis terhadap perjalanan organisasi dan menjadikannya momentum bagi kita semua untuk menata organisasi ini menjadi lebih baik, serta meningkatkan pemahaman kita bersama terhadap makna dari hubungan kerja yang sinergi.
Dari sisi Organisasi, kita perlu meningkatkan lagi kinerja Serikat agar kita dapat lebih mengupayakan kinerja organisasi yang saling mendukung secara utuh dan tidak saling melemahkan. Hal ini dapat kita capai dengan meningkatkan pemahaman kita semua terhadap fungsi dan peran dari tiap-tiap bagian dari Organisasi sehingga terwujud tatanan kerja yang lebih teratur dan terarah dalam semangat peningkatan kinerja yang seiring dan sejalan.
Untuk menindak lanjuti Pidato Ketua DPP SKJM yang bermakna sangat penting dalam momentum bersejarah bagi Jasa Marga menuju Privatisasi maka SWARA SKJM pada edisi kali ini menampilkan artikel yang berjudul “Upaya SKJM membangun Good Corporate Culture untuk mendukung Privatisasi JASA MARGA”.
Tujuan dari artikel ini untuk memberikan urun rembug dan cakrawala pemikiran kita bersama dalam mengantisipasi Jasa Marga menjadi Perusahaan Publik.
Kita perlu meningkatkan pemahaman terhadap fungsi dan peran Jasa Marga sebagai perusahaan terbuka agar kita dapat menyiapkan langkah-langkah antisipasi terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi. Semoga Artikel ini bermanfaat bagi kita semua

PENGERTIAN GOOD CORPORATE CULTURE (GCC)

Good Corporate Culture (GCC) atau yang lebih populer dikenal sebagai Budaya korporasi/budaya perusahaan yaitu berkenaan dengan pengembangan Jasa Marga yang “berbudaya”, dan kemudian “berbudaya kuat”.
Untuk menjadi perusahaan kelas dunia, tidak cukup hanya dengan berbekal manajemen profesional, melainkan budaya yang unggul. Banyak contoh perusahaan kelas dunia yang menunjukkan keunggulannya karena di samping kepiawaian manajemennya juga menjaga budaya perusahaannya secara konsisten. Dalam budaya korporat yang kuat, hampir semua manajer menganut seperangkat nilai-nilai dan metode menjalankan bisnis yang relatif konsisten.
Atas dasar keadaan tersebut, para karyawan dapat mengadopsi nilai-nilai ini dengan sangat cepat. Apabila kesadaran budaya telah sangat mendalam, dapat terjadi seorang eksekutif akan dikoreksi oleh bawahannya, selain juga oleh atasannya, jika dia melanggar norma-norma organisasi.
Perusahaan-perusahaan dengan budaya yang kuat biasanya dinilai dan dirasakan oleh pihak lain yang telah memiliki gaya tertentu, misalnya “cara melakukan segala sesuatu” pada Procter & Gamble atau Johnson & Johnson. Mereka sering menjadikan nilai-nilai yang dianut bersama itu semacam kredo atau pernyataan misi dan secara serius mendorong para manajer mereka untuk mengikuti pernyataan tersebut. Selanjutnya, gaya dan nilai-nilai suatu budaya yang kuat cenderung tidak banyak berubah walaupun ada pergantian CEO kaerena akar-akarnya sudah mendalam.
Good Corporate Culture (GCC) merupakan sesuatu yang berbanding lurus dengan Good Organization Culture SKJM maka jika kita membangun Good Corporate Culture (GCC) di Jasa Marga berarti kita juga harus membangun Good Organization Culture SKJM.
Keberhasilan membangun Good Organization Culture SKJM (Budaya Organisasi SKJM) merupakan kunci keberhasilan Jasa Marga untuk survive di era Privatisasi dan penerapan Good Corporate Governance (GCG) serta Clean Governance pada semua lini di Perusahaan kita

I. MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI SKJM
(Good Organization Culture SKJM)

Setiap organisasi, sebagai lazimnya institusi, mempunyai nilai budaya yang baik di dalamnya. Apabila nilai-nilai budaya ini dibiarkan tenggelam, dan dikalahkan oleh nilai-nilai yang negatif maka proses transformasi sebesar apa pun akan mengalami kendala yang sangat besar.
SKJM memerlukan budaya organisasi (Organization Culture) untuk menjadikannya kuat dalam menghadapi perubahan dan mendukung setiap upaya transformasional.
Pada saat ini SKJM belum mempunyai budaya organisasi melainkan hanya peraturan Perjanjian Kerja Bersama antara SKJM dan Manajemen Perusahaan yang terdiri dari penggabungan Visi – Misi – Strategi organisasi perusahaan yang berpola Top-Down, dan kemudian dijadikan sebagai aturan main bersama yang bersifat formal.
Pengertian dari membangun budaya organisasi SKJM adalah upaya menggabungkan nilai-nilai kehidupan bersama antara seluruh anggota SKJM kemudian disemaikan ke dalam setiap sel organisasi perusahaan yang harus muncul dalam bentuk perilaku formal dan informal setiap anggotanya.
Budaya Organisasi SKJM hendaknya secara konsisten mendorong seluruh anggota SKJM mengimplementasikan nilai-nilai :
1. Profesionalisme
2. Spirit
3. Proaktif
4. Team Work

1. Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh orang yang memenuhi syarat sebagai berikut :
Science Competence : mengharuskan orang untuk menguasai ilmu yang akan menjadi titik berpijak kegiatannya.
Technical Competence : menuntut orang untuk mampu melaksanakan ilmu yang dikuasai. Experience Competence : menuntut orang untuk memecahkan problema yang dihadapi karena pengalamannya yang luas.
Dedicatif dan Consistent : Kemampuan orang dalam melaksanakan pekerjaannya sampai dengan berhasil secara tekun, konsisten dan ikhlas. Independence : suatu sikap untuk bertindak secara obyektif disertai Integritas yang tinggi.

2. Spirit
Spirit atau semangat adalah perilaku yang melekat pada setiap tindakan yang akan diambil setiap anggota SKJM. Tanpa adanya semangat setiap upaya untuk membangun budaya organisasi tak akan berhasil.

3. Proaktif
Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa yang akan datang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan.
Anggota SKJM yang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Anggota SKJM melakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas - dan menggunakan pendekatan dari dalam ke luar untuk menciptakan perubahan. Anggota SKJM bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan yang paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.
SKJM mengembangkan budaya proaktif kepada anggotanya secara konsisten dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berakronim SMILE, yang terdiridari :
SATISFY,
MORALE,
INTEGRITY,
LEADERSHIP,
ENTREPRENEURSHIP
.
Hal ini adalah penjabaran dari Visi ketua DPP SKJM Ir.Setiyono, “Senyum (smile) pengurus adalah senyum (smile) anggota.
Akumulasi dari budaya organisasi di SKJM diharapkan dapat menghasilkan sebuah lingkungan publik yang berbudaya. Pada saat ini Jasa Marga memiliki kurang lebih 5,823 anggota (Annual Report 2004), artinya ada potensi bagi SKJM untuk membangun budaya pada 5,823 warga Indonesia. Jumlah yang cukup signifikan untuk menciptakan critical mass dalam membangun Indonesia yang berbudaya dan mengelola total asset perusahaan untuk tumbuh dan berkembang sebesar Rp. 7,969,740,000,000,00 (Annual Report 2004) bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

5. Team Work
Team Work atau kerjasama adalah suatu bentuk komitmen bersama antar anggota SKJM dalam membangun budaya organisasinya. Bentuk kerjasama yang handal adalah dengan tercerminnya perilaku transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran dalam setiap kebijakan yang diputuskan oleh organisasi SKJM.

II. KEKUATAN BUDAYA ORGANISASI SKJM

Organisasi SKJM harus memiliki budaya sendiri yang sifatnya spesifik karena pada umumnya setiap organisasi mempunyai kepribadian yang khas. Budaya dapat sangat stabil sepanjang waktu, tetapi budaya juga tidak pernah statis.
Perubahan peran Jasa Marga menjadi operator murni jalan tol yang diamanatkan UU No: 38/2004, mendorong SKJM untuk mengevaluasi kembali beberapa nilai-nilai atau perangkat praktis. Tantangan-tantangan baru dapat mengakibatkan SKJM menciptakan cara-cara baru untuk melakukan segala sesuatu agar dapat bertahan dan unggul dalam persaingan yang makin kompetitif.
Budaya organisasi adalah perekat bagi setiap anggota organisasi. Tanpa keberadaan budaya organisasi, maka SKJM akan mengalami proses pertumbuhan dan pemekaran tetapi tanpa diimbangi oleh integrasi dan reintegrasi. Oleh karena itu, tantangan dari setiap anggota SKJM adalah pertama memahami arti penting keberadaan budaya organisasi; kedua, membangun budaya organisasi dengan metode yang dapat diterima secara keilmuan, kemanusiaan dan konteks keorganisasian; dan ketiga, senantiasa memelihara dan memperkuat budaya SKJM.
Logika tentang cara kekuatan budaya berhubungan dengan kinerja meliputi tiga gagasan (Kotler dan Hessket, 1992), yaitu : Pertama, dalam sebuah organisasi dengan budaya yang kuat, anggotanya cenderung berbaris mengikuti penabuh genderang yang sama. Kedua, budaya yang kuat sering dikatakan membantu kinerja bisnis karena menciptakan suatu tingkatan yang luar biasa dalam diri para anggotanya. Ketiga, budaya yang kuat membantu kinerja karena memberikan struktur dan kontrol yang dibutuhkan tanpa harus bersandar pada birokrasi formal yang kaku dan yang dapat menekan tumbuhnya motivasi dan inovasi.
Tumbuhnya budaya yang kuat dalam SKJM ditandai dengan :Pertama, perilaku para anggotanya dibatasi oleh kesepakatan bersama dan bukan karena perintah atau karena ketentuan-ketentuan formal. Kedua, dampak budaya yang kuat terhadap perilaku para anggotanya berdampak besar ditandai dengan menurunnya keinginan anggotanya yang pindah berkarya di organisasi lain. Ketiga, budaya yang kuat berarti akan makin banyak anggota organisasi yang menerima keterikatannya pada norma-norma dan sistem nilai-nilai organisasional yang berlaku, dan makin meningkatnya komitmen anggotanya terhadap keberhasilan penerapan norma-norma dan sistem nilai tersebut.

III. FUNGSI BUDAYA ORGANISASI SKJM

Budaya organisasi SKJM yang efektif tercermin pada kepercayaan, keterbukaan komunikasi, kepemimpinan yang mendapat masukan (considerate) dan didukung oleh bawahan (supportive), pemecahan masalah oleh kelompok, kemandirian kerja, dan pertukaran informasi.
Budaya SKJM yang kuat mempunyai empat fungsi dasar, yaitu : Pertama, perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi. Kedua, alat pengorganisasian anggota Ketiga, menguatkan nilai-nilai dalam organisasi. Keempat, mekanisme kontrol atas perilaku
Budaya yang kuat meletakkan kepercayaan-kepercayaan tingkah laku, dan cara melakukan sesuatu, tanpa perlu dipertanyakan lagi. Oleh karena berakar dalam tradisi, budaya mencerminkan apa yang dilakukan, dan bukan apa yang akan berlaku.
Dengan demikian, fungsi dari budaya organisasi SKJM adalah sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota. Hal tersebut dapat berfungsi pula sebagai kontrol atas perilaku para anggotanya.
Hal yang paling penting dalam pelaksanaan Good Corporate Governance adalah spirit dan konsistensi untuk melakukannya, bukan hanya memenuhi kata-kata yang ada dalam peraturan. Sebaiknya pula SKJM membangun Good Corporate Culture (GCC) dan Good Organization Culture SKJM (Budaya Organisasi SKJM) secara konsisten disamping penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Perusahaan..
Bisnis pengelolaan jalan tol bisa membuat orang cepat lelah, maka budaya organisasi SKJM yang kuat dapat membantu para anggotanya membangun harga diri mereka dan rasa memiliki dalam komunitas yang lebih besar. Itu baik untuk anggota SKJM dan baik untuk Perusahaan, dan percayalah, ini juga baik untuk kita semua.
****SWARA SKJM 5258

Tidak ada komentar: