Selasa, 17 Juli 2007

Proyeknya Tak Bebas Hambatan

Jalan Tol

Minat swasta untuk berinvestasi dalam pembangunan jalan tol masih sangat tinggi. Namun, untuk merealisasikannya, mereka menemui banyak hambatan, terutama dalam hal pembebasan tanah dan dukungan perbankan. Hambatan lainnya adalah tarif tol yang masih terlalu rendah, sehingga memperlambat return on investment. Akibatnya, proyek yang sudah lama direncanakan dan ada investornya pun gagal direalisasikan.
Pemerintah berupaya membantu, di antaranya, melalui kemudahan pembebasan lahan dan kenaikan tarif secara berkala. Bahkan, pemerintah memberikan dana talangan Rp600 miliar untuk pembebasan lahan.
Pembangunan jalan tol di Indonesia, selain dilakukan oleh PT Jasa Marga, juga melibatkan pihak swasta dengan membentuk perusahaan patungan. Bentuk kerja samanya umumnya built-operate-transfer (BOT) dengan masa pengelolaan 20–35 tahun. Dari jalan tol sepanjang 604 kilometer, 456 kilometer di antaranya dibangun dan dioperasikan Jasa Marga. Sisanya dibangun dan dioperasikan bekerja sama dengan swasta.
Di antara beberapa ruas jalan tol yang dikelola PT Jasa Marga, ruas terpanjang adalah Jakarta-Cikampek (72 kilometer), Padalarang-Cileunyi (46,58 kilometer), dan Jagorawi (46 kilometer). Jumlah kendaraan yang lewat jalan tol selama 2006 ternyata menunjukkan penurunan. Pada 2006 hanya 2,27 juta kendaraan yang lewat jalan tol, menurun dibanding 2005 yang 2,32 juta. Penurunan lalu lintas harian (LHR) juga terjadi pada beberapa ruas tol, seperti tol Porong yang tergenang lumpur Lapindo. Sementara itu, LHR tol Cawang-Tomang-Cengkareng selama ini merupakan yang terpadat, dengan 704.830 kendaraan pada 2006.
Meski jumlah kendaraan yang menggunakan jalan tol menurun, pendapatan operasinya tetap meningkat. Ini tak lepas dari adanya kenaikan tarif tol pada Maret 2005 lalu. Jika pada 2004 pendapatan rata-rata harian jalan tol tercatat Rp4,66 miliar, pada 2005 menjadi Rp5,4 miliar dan pada 2006 mencapai Rp6,37 miliar. Peningkatan pendapatan ini terjadi pada seluruh ruas.
Jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng pada 2006 merupakan ruas berpendapatan tertinggi, dengan pendapatan harian Rp1,52 miliar. Berikutnya ruas tol Jakarta-Cikampek dengan Rp1,26 miliar. Selama 2005–2009, pemerintah menargetkan pembangunan jalan tol sepanjang 1.593 kilometer, yang sebagian besar berada di Jawa. Dari seluruh proyek tersebut, yang saat ini berada pada tahap konstruksi sepanjang 80 kilometer. Selebihnya masih dalam tahap persiapan.
Pembangunan jalan tol tersebut sudah direncanakan sejak 15 tahun lalu, tetapi belum bisa dilaksanakan. Masalah yang dihadapi adalah sulitnya pembebasan tanah. Masalah lainnya adalah desain jalan, lelang tender, dan pendanaan. Saat ini ada 36 ruas jalan tol sepanjang 1.152,33 kilometer senilai Rp91,42 triliun yang dalam taraf mulai beroperasi, konstruksi, tanda tangan kontrak negosiasi, proses lelang, dan prakualifikasi. Adapun yang masih dalam persiapan lelang sebanyak 18 ruas sepanjang 683,44 kilometer senilai Rp40,92 triliun.
Pemerintah membagi proyek jalan tol yang ada dalam beberapa kelompok prioritas. Dari seluruh ruas jalan tol tersebut, ada lima yang menjadi prioritas pertama dengan panjang 83,1 kilometer dan perkiraan kebutuhan dana Rp6,65 triliun. Lalu, ada 19 ruas jalan tol prioritas kedua dengan panjang 380,7 kilometer dan dana Rp21,57 triliun. Sementara 25 ruas sepanjang 1.129,3 kilometer masuk dalam prioritas ketiga dengan kebutuhan dana Rp61,18 triliun.
Pada proyek Trans Jawa juga terdapat beberapa ruas yang sudah mendapatkan investor. Bahkan, beberapa ruas jalan telah memperoleh kepastian pendanaan sehingga dapat segera dimulai. PT Bakrie Investindo, misalnya, siap merealisasi proyek jalan tol-nya.
Mereka juga telah mendapatkan dukungan perbankan dalam proyek jalan tol Pejagan- Kanci.
Sementara itu, PT Marga Nujyasumo Agung, pemegang pengusahaan ruas tol Surabaya-Mojokerto, juga telah mulai melakukan pembebasan lahan. Jalan tol tersebut diharapkan bisa dioperasikan pada 2009.

Di Posting dari : www.wartaekonomi.com

Tidak ada komentar: